Selamat datang di website Krontjong Toegoe. Disini kamu tidak hanya dapat menemukan karya musik dan vidio kami namun juga sejarah perjalanan musik kami. Jika kamu tertarik untuk mengetahui lebih banyak tentang kami atau meminta kami perform untuk segala kebutuhan kamu, silahkan klik link di bawah ini yaa
Setiap hari minggu kami latihan di Living Museum / Rumah
Toegoe.
Feel free to watch us.
Please come and visit usPlease come and visit usPlease come and visit usPlease come and visit usPlease come and visit us
Jl Gereja Tugu Jakarta UtaraPlease come and visit usPlease come and visit usPlease come and visit usPlease come and visit usPlease come and visit us
Jl Gereja Tugu Jakarta UtaraPlease come and visit usPlease come and visit usPlease come and visit usPlease come and visit usPlease come and visit us
Jl Gereja Tugu Jakarta UtaraThe best video Krontjong Toegoe
Mereka ditangkap oleh VOC dan pada tahun 1661
dibuang ke Kampung Tugu. Mereka merupakan leluhur
komunitas Tugu yang mewarisi budaya Portugis dari abad
ke-16. Akibat terisolasi dari kehidupan kota, mereka
mengusir kesepian dengan bermain musik dan menyanyikan
lagu-lagu Portugis. Musik mereka kemudian menjadi cikal
bakal genre musikal Krontjong Toegoe, dengan
karakteristik sebagai musik yang mengiringi kelompok
penyanyi dengan gaya yang spontan dan bersahaja tanpa
ornamentasi dan vibrato. Genre itu juga memiliki
pembawaan ekspresi yang spontan dalam bernyanyi. Lagu
Moresco dan Cafrinho memperlihatkan pengaruh Portugis
asal Moor dan Afrika. Adapun iringan musiknya terdiri
dari tiga gitar kecil buatan sendiri, yaitu prounga
berukuran agak besar, macina berukuran sedang, dan
jitera berukuran paling kecil.
Musik keroncong diyakini telah dilahirkan di
Kampung Tugu sejak lebih dari tiga abad yang lalu. Namun
kegiatannya tercatat untuk pertama kali ketika mereka
mendirikan orkes keroncong Moresco Toegoe pada tahun
1925. Mereka percaya bahwa dengan melestarikan musik
keroncong yang diwariskan kepada mereka, itu merupakan
penghormatan terhadap para leluhur. UNESCO pada tahun
1971 kemudian memproduksi piringan hitam permainan OK
Moresco Toegoe yang dipimpin oleh Jacobus Quiko dengan
repertoar antara lain lagu-lagu dari masa Hindia
Belanda, seperti Oud Batavia dan Schoon ver van jou.
Mereka juga sejak tahun 1989 telah acap kali diundang
mengadakan pertunjukan musik keroncong pada Pasar Malam
Tong Tong di Den Haag, Negeri Belanda.
Meski musik Krontjong Toegoe diyakini berasal
dari Portugal, penelitian ini mengatakan bahwa Krontjong
Toegoe adalah sebuah musik hibrida, campuran dari
berbagai budaya Barat dan non-Barat yang membaur
membentuk sebuah sintesis musikal yang unik. Komunitas
Tugu boleh saja menganggap bahwa mereka adalah keturunan
Portugis, namun pada kenyataannya mereka telah bercampur
dengan kelompok etnik lainnya, meniru gaya hidup orang
Belanda, dan sebagian dari mereka adalah keturunan
Indo-Belanda.
Betapapun juga, Krontjong Toegoe adalah cikal
bakal dari musik keroncong sebagai salah satu aliran
besar musik Indonesia, yang telah diterima dan menjadi
milik bangsa Indonesia. Komunitas Tugu memang hidup
tidak terpisahkan dari musik, karena menurut tradisi
mereka setiap anggota komunitas Tugu disyaratkan
mengenal musik keroncong. Itu sebabnya dengan semangat
yang mereka miliki secara turun-temurun, kehidupan musik
Krontjong Toegoe diyakini akan langgeng selamanya.